top of page

Buku Arsitektur Favorit

Di postingan sebelumnya saya pernah membahas tentang rekomendasi buku arsitektur yang wajib dimiliki, nah postingan kali ini masih ada kaitannya dengan buku. Menurut penelitian dari University of Arizona, beberapa orang masih memilih buku fisik dibanding e–book, karena mereka merasa lebih terikat dengan buku fisik terutama pada suara lembaran buku saat dibalik, dan wanginya yang khas. Saya sendiri punya beberapa buku fisik arsitektur. Sama halnya dengan penelitian tersebut, bagi saya ada kepuasan tersendiri memiliki buku fisik, salah satunya adalah bisa memiliki buku dengan packaging yang unik dan desain cover yang keren. Apalagi buku-buku arsitektur bagi saya adalah collectible items. Mungkin rasa puasnya sama dengan seseorang yang mengoleksi sepatu atau action figure. Diantara beberapa buku arsitektur yang saya miliki, ini adalah tiga buku favorit saya.


Architect + Entrepreneurs Vol.1 & 2

Buku karya Eric Reinholdt ini menjadi salah dua buku yang menurut saya wajib dimiliki oleh seorang arsitek terutama bagi yang akan membuka biro. Buku ini membahas tuntas bagaimana cara mendirikan dan mengelola biro konsultan arsitektur mengembangkannya hingga menjadi biro yang tidak hanya menjual jasa arsitektur tetapi juga menjual produk arsitektur.

Architect Entrepreneurs, Buku Arsitektur
Architect + Entrepreneurs Vol 1 & 2. Image by Adityuwana

Terdiri dari dua seri, Volume 1 banyak membahas tentang bagaimana cara membuat brand, legalitas, cara mendapatkan klien, memasarkan jasa, finansial, SOP, dan peralatan apa saja yang diperlukan pada saat mendirikan biro arsitek. Bahasanya mudah dimengerti dan panduan yang Eric berikan mudah diterapkan. Buku ini sangat praktikal dan Eric menyesuaikannya dengan apa yang dia lakukan untuk bironya dengan perkembangan teknologi saat ini, seperti bagaimana memasarkan jasanya dengan internet marketing.


Volume 2 lebih banyak membahas tentang bagaimana arsitek, selain menjual jasa juga menjual produk. Seperti yang kita ketahui bahwa bisnis biro arsitektur adalah menyelesaikan proyek dari satu klien ke klien lainnya. Eric mengubah paradigma itu dengan membuat model bisnis baru yang dia kembangkan untuk mendapatkan passive income. Eric menjelaskan dengan sangat baik strategi apa saja yang memungkinkan dilakukan seorang arsitek untuk menjual produk seperti melalui affiliate marketing, menjual e-books, atau produk digital lain. Strategi yang dijelaskan di buku ini sangat menarik, up-to-date dan mampu membuat kita berpikir bahwa ternyata ada banyak cara bagi arsitek untuk mendapatkan penghasilan selain dari menjual jasa.


Nah, kalo kamu adalah seorang arsitek atau lulusan arsitek yang ingin membuka biro jasa arsitektur, buku ini sangat saya rekomendasikan.

Architect Entrepreneurs, Buku Arsitektur
Daftar isi Architect + Entrepreneurs Vol 1. Image by Adityuwana

Fame, Fortune, Flirt

Monografi yang dirilis tahun 2013 oleh Aboday, biro konsultan arsitek yang digawangi oleh Ary Indra, Rafael David, dan Johansen Yap ini merupakan catatan perjalanan mereka selama 8 tahun berpraktik arsitektur di Indonesia. Buku ini terdiri dari dua versi, yakni versi premium dan soft cover dengan total 550 halaman. Saya membeli versi soft cover nya saat acara launching buku ini di Jogja dan dapat tanda tangannya juga.

Fame Fortune Flirt, Buku Arsitektur
Fame Fortune Flirt. Image by Adityuwana

Isi buku Fame, Fortune, Flirt ini terdiri dari 2 bahasa, Inggris dan Indonesia, gaya bahasa yang santai, tata letak grafisnya sangat menarik, dan di beberapa bagian disisipkan gambar kerja karya mereka yang disajikan diatas kertas kalkir. Hanya saja saya sempat agak bingung dengan susunan isi buku ini sebab judul karya dibuat besar sehingga agak sulit membedakannya dengan judul bab.


Buku ini terdiri dari enam Bab yang dikelompokkan menjadi 3 bagian yakni, Fame, Fortune, dan Flirt. Fame bercerita tentang proyek-proyek yang memberikan nama bagi Aboday. Fortune bercerita tentang bagaimana uang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah profesi dalam hal ini adalah arsitek. Proyek-proyek yang dibahas di bagian ini mampu memberikan sumbangan untuk tumbuh besarnya Aboday. Flirt bercerita tentang peran manusia dalam karya mereka. Proyek-proyek yang ditampilkan di bagian ini adalah karya mereka yang melibatkan klien dalam prosesnya sehingga peran arsitek sedikit pudar.


Dalam buku ini, Aboday tidak hanya berbagi tentang karya-karya mereka, tetapi juga bercerita tentang bagaimana mereka mengelola sebuah biro dan apa saja kendala dan hambatan yang mereka dapatkan selama berpraktik arsitektur yang disajikan dalam bentuk wawancara dan komik. Total ada sekitar 43 karya yang ditampilkan dalam buku ini, diantaranya adalah Kubikahomy, Muted House, Museum Nasional Indonesia, Hotel Morrissey dan Villa Paya-Paya.

Buku ini cocok bagi siapa saja yang bergelut dalam dunia arsitektur, terutama bagi mahasiswa yang ingin mengetahui dengan jelas bagaimana praktik arsitektur dari sebuah kantor atau biro.

Fame Fortune Flirt, Buku Arsitektur
Isi buku Fame Fortune Flirt. Image by Adityuwana

Yes is More

Yes is More: An Archicomic on Architectural Evolution adalah buku monografi yang menampilkan beberapa karya Bjarke Ingels Group (BIG), biro arsitektur Denmark yang terkenal dengan karya-karya yang fenomenal dan telah meraih beberapa penghargaan. Buku ini merupakan buku portofolio pertama mereka dan BIG menyajikan penerapan-penerapan arsitektur yang telah dilakukan oleh mereka yang disajikan dengan format komik. Hmmm, sebuah format baru dalam monografi.

Yes is More, Buku Arsitektur
Yes is More. Image by Adityuwana

Buku ini terdiri dari 400 halaman full color dengan kertas art paper, penuh dengan diagram, balon dialog, modeling 3 dimensi, dan foto. Di awal buku terdapat pengenalan singkat tentang teori arsitektur abad 20, dan diakhir buku terdapat kutipan wawancara Bjarke Ingels dengan Jeffrey Inaba. Berbeda dengan monografi lain, membaca buku ini seperti membaca komik. BIG memberikan pengalaman yang unik kepada pembaca untuk lebih mengenal karya mereka melalui arsiteknya sendiri. Format komik memiliki kelebihan antara lain adalah karena gambar dan narasinya dapat digabungkan untuk menampilkan cerita melalui dialog sehingga lebih memudahkan pembaca khususnya pembaca muda.


Total ada sekitar 35 karya yang ditampilkan dalam buku ini yang di daftar isi diberi judul sesuai dengan tema karyanya. Beberapa karya sudah kita kenal dengan baik, diantaranya The Danish Pavilion di Shanghai Expo 2010, VM Houses, Maritime Youth House, dan The Mountain. Ingels dengan baik mampu menjelaskan konsep dan alur pikirnya bagaimana menghasilkan sebuah karya yang tidak hanya mengakomodir kliennya, tetapi juga politik dan perkotaan.

Yes is More, Buku Arsitektur
Isi buku Yes is More. Image by Adityuwana

Kalo kamu tertarik dan mau mencoba mengoleksi buku arsitektur, saya telah menyusun daftar rekomendasi buku arsitektur yang bisa kamu jadikan pertimbangan. Bye!

159 tampilan

Postingan Terkait

bottom of page